BD, BOGOR – Cendawan atau jamur (fungi), memiliki perang besar dalam kehidupan manusia. Cendawan berperan dalam pembuatan makanan atau kuliner lokal, seperti tempe, oncom, gatot, dan kecap.
Perhimpunan Mikologi Indonesia (MIKOINA), wadah para pencinta, pemerhati, peneliti di bidang mikologi pertanian, bakal membantu pemerintah dalam memecahkan persoalan yang berkenaan dengan jamur baik yang menguntungkan maupun yang tidak bagi manusia.
MIKOINA berkomitmen untuk secara berkesinambungan melakukan desiminasi hasil-hasil penelitian, edukasi dan sosialisasi keragaman dan arti penting cendawan kepada masyarakat.
Melalui Seminar Series MIKOINA Bogor, identifikasi Cendawan kini bisa menggunakan bioinformatik dari internet yang dapat diakses secara gratis.
“Cendawan yang merupakan mikroba yang sangat kecil ini dapat dikonsumsi seperti jamur tiram dan jamur merang,” terang Dr. Efi Toding Tondok, S.P, M.Sc, salah satu penyelenggara seminar di Ruang Sidang Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, Kampus Darmaga, Bogor, Rabu pekan lalu.
Seminar ini juga mendatangkan pembicara tamu dari University of Santo Tomas, Manila, Filipina, Prof. Dr. Thomas Edison E. dela Cruz. Ia mengungkap identifikasi fungi sebelumnya dilakukan secara morfologis, yang hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli dan membutuhkan waktu yang lama, saat ini tidak hanya tergantung pada morfologi tapi juga dapat dilakukan secara molekuler.
”Saat ini kami sedang melakukan kerjasama riset mengenai keragaman fungi endofit dari mangrove di Filipina dan Indonesia, sekaligus potensinya sebagai sumber senyawa bioaktif. Selain kerjasama riset, juga akan dilakukan pertukaran mahasiswa dan staf, serta publikasi bersama hasil riset. Dari kerjasama ini diharapkan juga dapat meningkatkan kapasitas riset kita di bidang terkait,” kata Dr. Kustiariyah Tarman, S.Pi, M.Si, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Sumber: bogordaily.com, 15 September 2014